Bismillahirrahmanirahim..asssalamualaikum semua..Sudah menjadi fitrah jika anda bergelar seorang wanita pastinya anda tidak mahu berkongsi kasih suami tercinta dengan sesipapapun.Di sini saya ingin menyatakan bahawa saya tidak pernah mengharamkan poligami.Saya akur dengan konsep poligami yang dinenarkan al-Quran.Jika para suami benar-benar mengikut garisan konsep dan memegang utuh panji keadilan sudah semestinya tidak akan berlaku sebarang masalah.Namun,jika agama si suami pun tidak sekuat mana,hanya bersuara lantang apabila membicara soal poligami yang bertarbiah nafsu tapi solat ikut mood dan puasa berkonsep" yangyang yop tengahari buka periuk"sudah pasti terserlah kecacatan konsep poligami yang dibawanya.
Saya seorang gadis yang berumur 19 tahun,yang mungkin bakal mengakhiri episod pencarian cinta dalam masa yang agak panjang lagi kerana ingin melunaskan tuntutan ilmu.Kepada pemilik tulang rusukku,bakal imam yang akan memimpin makmumnya ke syurga,ya syarat seperti ini akan ku perdengarkan padamu suatu hari nanti.Andai tersimpul keberatan di hatimu itu bermaksud engkau bukan untukku dan jika engkau tidak mampu untuk memenuhi syarat itu,ertinya mungkin jodoh kita sampai disitu.Bukan berniat untuk memberi tekanan padamu tetapi aku tahu yang aku tidak akan mampu untuk menjalaninya...
comeinye piture nie..alalala sweet...
"Saya ingin seperti Saidatina Khadijah yang selama berumah tangga dengan Rasullullah S.A.W tidak pernah dimadu".
Ibnu Qudamah mengatakan:
أَنَّ الشُّرُوطَ فِي النِّكَاحِ تَنْقَسِمُ أَقْسَامًا ثَلَاثَةً،
أَحَدُهَا مَا يَلْزَمُ الْوَفَاءُ بِهِ، وَهُوَ مَا يَعُودُ إلَيْهَا نَفْعُهُ
وَفَائِدَتُهُ، مِثْلُ أَنْ يَشْتَرِطَ لَهَا أَنْ لَا يُخْرِجَهَا مِنْ دَارِهَا
أَوْ بَلَدِهَا أَوْ لَا يُسَافِرَ بِهَا، أَوْ لَا يَتَزَوَّجَ عَلَيْهَا، وَلَا
يَتَسَرَّى عَلَيْهَا، فَهَذَا يَلْزَمُهُ الْوَفَاءُ لَهَا بِهِ، فَإِنْ لَمْ
يَفْعَلْ فَلَهَا فَسْخُ النِّكَاحِ، يُرْوَى هَذَا عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ
– رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – وَسَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ، وَمُعَاوِيَةَ وَعَمْرِو
بْنِ الْعَاصِ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ -
“Syarat yang diajukan dalam nikah, terbagi menjadi tiga: Pertama, syarat
yang wajib dipenuhi. Itulah syarat yang manfaat dan faidahnya kembali kepada
pihak wanita. Misalnya, syarat agar si wanita tidak diajak pindah dari
rumahnnya atau daerahnya, atau tidak diajak pergi safar, atau tidak poligami
selama istri masih hidup, atau tidak menggauli budak. Wajib bagi pihak suami
untuk memenuhi semua persyaratan yang diajukan ini. Jika suami tidak
memenuhinya maka istri punya hak untuk melakukan fasakh. Pendapat ini
diriwayatkan dari Umar bin Khatab, Sa’d bin Abi Waqqash, Muawiyah, dan Amr bin
Ash radhiyallahu ‘anhum.” (al-Mughni, 7:93).
Kedua, bahwa syarat yang dianjukan dalam
nikah wajib untuk dipenuhi jika diajukan sebelum akad nikah atau ketika akad
nikah.
Al-Buhuti mengatakan:
الشروط في النكاح أي ما يشترطه أحد الزوجين في العقد على الآخر مما له فيه
غرض ( ومحل المعتبر منها ) أي من الشروط ( صلب العقد ) كأن يقول : زوجتك بنتي
فلانة بشرط كذا ونحوه ويقبل الزوج على ذلك ( وكذا لو اتفقا ) أي الزوجان ( عليه )
أي الشرط ( قبله ) أي العقد
“Syarat dalam nikah adalah syarat karena tujuan tertentu yang diajukan
salah satu pihak, calon suami atau istri kepada yang lain ketika akad. Waktu
yang ternilai untuk pengajuan syarat itu adalah ketika akad. Misalnya, pihak
wali mengatakan: “Saya nikahkan Anda dengan putriku fulanah dengan syarat
berikut.” Kemudian pihak suami menerimanya. Demikian pula ketika kedua calon
membuat kesepakatan syarat tertentu sebelum akad nikah.” (Kassyaful Qana’,
5:91).
Kepada sesiapa yang ingin berkomgsi pendapat mahupun kritikan sangat dialu-alukan..please drop your comment..:)..sekian sahaja untuk hari ini..assalamualiakum..
No comments:
Post a Comment